Medan, Sumtengpos-Dalam semangat memperingati Hari Sumpah Pemuda, komunitas Titik Kumpul Literasi menggelar kegiatan Dialog Kebangsaan bertajuk “Sumpah Pemuda: Kemarin, Hari Ini, dan Esok” di Pendopo Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) 31/10/2025.
Acara ini menjadi ruang reflektif bagi mahasiswa untuk berdialektika, bertukar gagasan, serta meneguhkan kembali makna Sumpah Pemuda dalam konteks kebangsaan masa kini.
Kegiatan ini menghadirkan perwakilan dari berbagai organisasi mahasiswa di lingkungan FISIP USU,yaitu Lewis dari GMNI, Zahrawi dari HMI, Fidel dari GMKI, Prays dari FORMAN, Nabil dari SAPMAPP, dan Romero dari GEMA PUJAKESUMA. Dialog dipandu oleh Rasyid dari Titik Kumpul Literasi selaku moderator.
Dalam pandangannya, Lewis menegaskan bahwa semangat Sumpah Pemuda tidak hanya sebatas peringatan historis, melainkan sebuah kesadaran ideologis yang menuntut mahasiswa untuk berpikir kritis dan berpihak pada rakyat. Ia menilai nasionalisme sejati lahir dari keberanian memperjuangkan keadilan
sosial.
Sementara itu, Zahrawi menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara semangat keislaman dan keindonesiaan. Menurutnya, pemuda harus menjadi pelopor moderasi dan toleransi di tengah polarisasi identitas yang masih kerap muncul di masyarakat.
Dari perspektif lain, Fidel menyoroti literasi sebagai bentuk perjuangan baru generasi muda. Ia menyebut bahwa di era digital, perjuangan pemuda tidak lagi dengan bambu runcing, melainkan melalui gagasan
dan pena. Literasi, katanya, adalah cara modern untuk melawan kebodohan dan disinformasi.
Sementara Prays melihat Sumpah Pemuda sebagai momentum untuk konsolidasi pemikiran lintas organisasi. Baginya, perbedaan ideologi seharusnya tidak memecah mahasiswa, melainkan memperkaya dialog dan memperluas wawasan kebangsaan.
Nabil menambahkan bahwa pemuda hari ini perlu memiliki ketegasan dan keberanian dalam bertindak. Ia menilai bahwa semangat Sumpah Pemuda harus diwujudkan melalui disiplin, tanggung jawab, dan aksi
nyata, bukan sekadar wacana. Sedangkan Romero menyoroti pentingnya menjaga identitas kedaerahan sebagai bagian dari kebangsaan. Ia menegaskan bahwa keberagaman budaya dan asal daerah bukan
pemisah, melainkan kekuatan yang memperkaya Indonesia sebagai bangsa yang majemuk.
Menutup kegiatan, Rasyid selaku moderator menyampaikan bahwa Sumpah Pemuda adalah teks hidup yang terus diperbarui oleh generasi muda melalui literasi, dialog, dan aksi nyata. Ia berharap kegiatan seperti ini menjadi tradisi intelektual di kampus, agar mahasiswa terbiasa menghidupkan semangat kebangsaan lewat gagasan dan kerja bersama.
Kegiatan yang berlangsung sejak sore hingga menjelang malam ini dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai jurusan di FISIP USU.
Melalui Dialog Kebangsaan ini, Titik Kumpul Literasi berupaya menghadirkan kembali semangat Sumpah Pemuda dalam bentuk nyata bukan hanya melalui upacara dan simbol, tetap lewat ruang berpikir, berdiskusi, dan berkolaborasi antar-mahasiswa demi Indonesia yang lebih kritis inklusif dan berdaya.
 
            
 
		


















