IBM LATIHAN ADAPTASI GERAK TUBUH PASIEN PASKA STROKE BAGI KELOMPOK CAREGIVER KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATUNADUA KOTA PADANGSIDIMPUAN .

IBM LATIHAN ADAPTASI GERAK TUBUH PASIEN PASKA STROKE BAGI KELOMPOK CAREGIVER KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATUNADUA KOTA PADANGSIDIMPUAN .

Nanda Masrayani, Hasni Yaturramadhan, Nanda Suryani
Universitas Aufa Royhan Di Kota Padangsidimpuan
(nanda_daulay88@yahoo.com, 085297737764)
(hyaturramadhan@gmail.com,085266830922)
(nandasagala89@gmail.com,082274415094)

ABSTRAK

Masalah kesehatan di Puskesmas Batunadua salah satunya adalah stroke yang berakibat kelumpuhan serta gangguan gerak pada penderitanya. Latihan adapatasi gerak Tubuh Pasien Paska stroke Bagi Kelompok Caregiver Keluarga bertujuan membantu pasien menggunakan kemampuan yang masih dimilikinya untuk melakukan kegiatan seperti biasanya meskipun dengan keterbatasan. Metode yang dilakukan dalam pengabdian ini dengan melaksanakn FGD dengan perawat puskesmas, penyuluhan serta latihan adaptasi gerak paska stroke. Latihan adaptasi gerak paska stroke bermanfaat bagi Pasien untuk meningkatkan kualitas hidup, Caregiver serta Kader. Latihan Adapatasi Gerak Paska Stroke meningkatkan pengetahuan bagi Caregiver Keluarga Pasien Paska stroke.

Kata kunci : Stroke, Adaptasi Gerak ,Caregiver, Rumah, Kualitas Hidup

ABSTRACT

One of the health problems at the Batunadua Health Center is a stroke which results in paralysis and movement disorders in the sufferer. Body movement adaptation exercises for Post-stroke Patients for Family Caregiver Groups aims to help patients use the abilities they still have to carry out activities as usual even with limitations. The method used in this service is to carry out FGD with puskesmas nurses, counseling and post-stroke motion adaptation exercises. Post-stroke motion adaptation exercises are beneficial for patients to improve the quality of life, caregivers and cadres. Post Stroke Movement Adaptation Exercises increase knowledge for family caregivers of post stroke patients..

Keywords : Stroke, Motion Adaptation ,Caregiver, Home, Quality of Life

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1. PENDAHULUAN
Stroke merupakan kegawatan neurologi yang serius menduduki peringkat tinggi sebagai penyebab kematian. Setelah stroke, sel otak mati dan hematom yang terbentuk akan diserap kembali secara bertahap. Proses alami ini selesai dalam waktu 3 bulan. Dampak stroke sekitar 80% terjadi penurunan parsial/total gerakan lengan dan tungkai, 80- 90% bermasalah dalam berpikir dan mengingat, 70% menderita depresi, 30% mengalami kesulitan bicara, menelan, membedakan kanan dan kiri. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga(1).
Sekitar 780.000 orang mengalami stroke setiap tahunnya. Sekitar 600.000 merupakan kasus baru dan 180.000 adalah stroke berulang. Sekitar 5,6 juta stroke mengalami kecacatan jangka panjang di Amerika Serikat (4)
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Sulawesi Utara 10,8 per mil, diikuti DI Yogyakarta 10,3 per mil, Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan 17,9 per mil, DI Yogyakarta 16,9 per mil, Sulawesi Tengah 16,6 per mil, diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil (3)
Menurut Heart and Stroke Foundation (2003) dampak stroke yang sering dijumpai adalah kelumpuhan satu sisi tubuh. Kelumpuhan biasanya terjadi di sisi yang berlawanan dari letak lesi di otak, karena adanya pengaturan representasi silang oleh otak. Serangan stroke juga menyebabkan berbagai gejala sisa akibat gangguan persyarapan yang berlangsung dalam waktu yang lama.
Masalah kesehatan di beberapa Puskesmas salah satunya adalah stroke yang berakibat kelumpuhan pada penderitanya. Puskesmas Batunadua merupakan puskesmas yang terletak di Kec. Padangsidimpuan Batunadua. memiliki jarak yang dekat yaitu kurang lebih 2 km dari Universitas Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan dengan jumlah pasien paska stroke yang relative banyak yaitu pada tahun 2020 sebanyak 16 orang pasien stroke yang berobat dan membuat rujukan di Puskesmas Batunadua.
Masalah yang sering dialami oleh penderita stroke dan yang paling ditakuti adalah gangguan gerak. Penderita mengalami kesulitan saat berjalan karena mengalami gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak Penelitian menunjukkan 35% pasien paska stroke dengan paralisis tidak mendapatkan fungsi normalnya kembali, 20-25 % pasien tidak dapat berjalan tanpa bantuan fisik enam bulan setelah serangan stroke dan sekitar 65% pasien tidak dapat menggunakan tangan yang lemah untuk beraktivitas Pasien yang selamat dari serangan stroke hampir semua mengalami keterbatasan fisik pada tiga bulan pertama setelah serangan. Pengukuran kemampuan fungsional tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan pada 3-4 bulan setelah stroke dan hanya 25% pasien kembali normal (2)
Defisit yang paling umum setelah stroke adalah kelumpuhan dari ekstremitas atas kontralateral, dengan lebih dari 80% pasien stroke mengalami kondisi ini secara akut dan lebih dari 40% secara kronis. Pada umumnya manifestasi dari kerusakan motorik ekstremitas atas termasukkelemahan otot atau kontraktur, perubahan tonus otot, sendi kelemahan, dan gangguan kontrol motorik.Gangguan ini menginduksi cacat dalam kegiatan umum seperti mencapai, mengambil objek, dan berpegang pada objek
Munculnya kelumpuhan atau gejala sisa pada pasien stroke merupakan perhatian khusus pada tenaga kesehatan khususnya perawat mampu merehabilitasi pasien stroke dengan melakukan adaptasi pasien setelah stroke dengan memberdayakan keluarga sebagai caregiver. Adaptasi setelah stroke merupakan suatu cara yang dapat dilakukan untuk kembali berfungsi seperti semula dengan berbagai keterbatasan setelah stroke. Adaptasi setelah stroke dapat membantu pasien menggunakan kemampuan yang masih dimilikinya untuk melakukan kegiatan seperti biasanya, meskipun dengan keterbatasan. Adaptasi setelah stroke adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk kembali berfungsi seperti semula dengan berbagai keterbatasan setelah stroke.
Latihan pergerakan bagi penderita stroke merupakan prasarat bagi tercapainya kemandirian pasien. Karena latihan akan membantu secara berangsur-angsur fungsi tungkai dan lengan kembali atau mendekati normal,dan memberi kekuatan pada pasien tersebut untuk mengontrol kehidupannya(7)
Latihan disesuaikan dengan kondisi pasien dan sasaran utama adalah kesadaran untuk melakukan gerakan yang dapat dikontrol dengan baik, bukan pada besarnya gerakan (6). Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan PKM tentang IBM Latihan Adaptasi Gerak Tubuh Pasien pasca stroke dengan memberdayakan caregiver keluarga sehingga kualitas hidup pasien stroke dapat meningkat.

 

2. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan Latihan Adaptasi Gerak Tubuh Pasien Paska Stroke Bagi Keompok Caregiver Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Batunadua Kota Padangsidimpuan melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan Perawat Puskesmas Batunadua, FGD dengan Kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Batunadua, Penyuluhan Latihan adaptasi gerak tubuh pasien paska stroke bagi kader kesehatan dan caregiver keluarga yaitu dimulai dari persiapan alat, persiapan klien dan lingkungan serta melakukan Home Visit (kunjungan rumah pasien) paska stroke yaitu pengukuran hemodinamik pasien paska stroke dan melakukan skrining tingkat fungsional pasien paska stroke menggunakan instrumen Barthel index.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN)

Pengabdian masyarakat melalui “Latihan Adaptasi Gerak Pasien Paska Stroke bagi Caregiver Keluarga” memiliki beberapa manfaat bagi pasien paska stroke, caregiver keluarga, dan kader kesehatan serta perawat puskesmas.
Adapun Manfaat bagi Pasien Paska Stroke adalah :
Mencegah kerusakan kulit terutama daerah bokong dan punggung, akibat kurang bergerak dan tidur pada satu posisi dalam waktu lama, Mencegah kekakuan sendi, Meningkatkan kemampuan ambulasi, Mempercepat pemulihan fungsi ekstremitas, Mencegah komplikasi setalah stroke seperti infeksi pernafasan, Meningkatkan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan dasar dan Mencegah depresi paska stroke.
Manfaat bagi Caregiver Keluarga : Menambah pengetahuan tentang cara pasien paska stroke beradaptasi dengan masalah yang dialami paska stroke, Mencegah depresi karena kurang pengetahuan dalam merawat pasien paska stroke, Menurunkan tingkat ketergantungan pasien paska stroke terhadap caregiver keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan Meningkatkan kualitas hidup caregiver keluarga karena berkurangnya waktu merawat pasien paska stroke.
Manfaat bagi Kader kesehatan dan Pihak Puskesmas:
Menambah pengetahuan tentang perawatan pasien paska stroke, Meningkatkan peran serta kader kesehatan dan perawat puskesmas dalam membantu pasien paska stroke dan caregiver keluarga di desa atau lingkungan masing-masing, Menurunkan angka kejadian stroke berulang, Meningkatkan pelayanan puskesmas dalam program PTM Posbinduuntuk melakukan skrining pasien yang berisiko terkena stroke, Tindak lanjut kerja sama Mou dengan mitra Puskesmas Batunadua dalam bentuk pelaksanaan pengabdian masyarakat.
Kegiatan Latihan Adaptasi Gerak Paska Stroke bagi caregiver keluarga pasien paska stroke berdampak kepada ekonomi dan sosial pasien dan caregiver keluarga. Dampak ekonomi kegiatan ini yaitu:
Berkurangnya biaya pasien untuk melakukan terapi atau pengobatan alternatif. Dengan latihan adaptasi gerak pasien paska stroke ini, pasien bisa melakukan terapi secara mandiri di rumah dengan bantuan caregiver keluarga yang akhirnya akan mempercepat pemulihan pasien dan mencegah terjadinya stroke berulang.
Dampak social kegiatan ini yaitu:
Pasien dan caregiver keluarga pasien paska stroke bisa berinteraksi sosial dan mengikuti kegiatan kemasyarakatan karena pasien bisa secara mandiri melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang akhirnya juga berdampak menurunkan stres dan depresi pasien paska stroke dan meningkatakan kualitas hidup pasien paska stroke.
3. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Program pelatihan dan penyuluhan ini dapat diselenggarakan dengan baik dan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun meskipun belum semua peserta menguasai dengan baik materi yang disampaikan. Kegiatan ini mendapat sambutan sangat baik terbukti dengan keaktifan peserta mengikuti penyuluhan dan pelatihan dengan tidak meninggalkan tempat sebelum waktu pelatihan berakhir. Pada saat kunjungan rumah caregiver juga sangat antusias dalam mempraktekkan latihan adptasi gerak pada anggota keluarga yang mengalami stroke.
Saran
Untuk membantu program pemerintah secara berkesinambungan maka program pengabdian ini dapat dilanjutkan dengan memberikan pelatihan dengan materi serupa dalam tingkatan yang lebih tinggi atau dengan materi lain dari peningkatan peran caregiver dalam melakukan perawatan pasien paska stroke seperti:
1. Menyelenggarakan pelatihan secara berkelanjutan dan berkala
2. Melakukan pelatihan dan penyuluhan terkait penanganan pasien paska stroke di rumah.

6. REFERENSI
1. Dourman K. Waspadai Stroke Usia Muda. Jakarta: Cerdas Sehat. 2013.
2. Dobkin, Bruce H (2004) “Strategis for stroge rehabilitation. The Lancet Neurology Vol 3.

3. Kemenkes RI.(2013) “Riset Kesehatan Dasar”. Jakarta :Balitbang Kemenkes RI

4. Rosamond, W., Flegal, K., Furie, K., et al (2008) “ Heart Disease and Stroke Statistic 2008 Update :A Report from The American Heart Assocuiation Statistic Commite and Stroke Statistic Subcommite. Circulation pp e 61-e75

5. Stroke, World Heart Federation (database on the internet)

6. Soeparman, Suyono, H . Slamet (2004) “Ilmu Penyakit Dalam”Jilid II Edisi ketiga , Penerbit FKUI, Jakarta

7. Smits, J.G., Smith, C.E.B (2000) “Hand Recovery After Stroke” ,New Delhi: Butterworld Heinemann

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini